RSS

Mommy... I Miss You


“Happy birthday Rizky Amaliah Putri Utami”...
            Ucapan selamat ulang tahun tidak henti menderingkan Handphoneku saat itu pada 14 Mei 2010. Ulang tahunku kali itu tidaklah semeriah ulang tahunku sebelumnya yang memang sering dirayakan. Bagaimana tidak, sosok orang yang kucintai, yang selalu menjadi sandaran hatiku, temanku berbagi  telah 4 hari terbaring dirumah sakit akibat Kanker Payudara yang dideritanya, yah sosok itu lebih tepatnya adalah Ibuku tercinta.
            Tak ada yang spesial hari itu, hanya ucapan selamat dari teman-teman dan sekotak kue tart yang dibelikan oleh ayah dilengkapi dengan dua buah lilin yang menyala terang bertuliskan angka 16. Sebelum meniup lilin, aku berhenti sejenak untuk meminta permintaan, “ Ya Allah, sembuhkanlah ibuku, sosok wanita yang paling berarti dihidupku, wanita yang seperti lilin dikehidupanku.. Amin.”
            Setelah beberapa minggu kemudian, tepat pelaksanaan ulangan semester genap tahun ajaran 2010/2011 untuk siswa kelas X, aku tetap setia menemani ibuku dirumah sakit. Tetapi, ini merupakan ujian bagiku, dimana aku harus membagi waktu untuk belajar dan untuk merawat ibu. Setiap hari selama ulangan semester, aku harus begadang untuk belajar sesekali memijit-mijit betis ibuku yang sedang terbangun akibat kesakitan karena penyakit kankernya yang telah mencapai stadium 4 dan sudah menjalar ke kaki, jantung, serta organ-organ tubuhnya yang lain. “Allah... aku tidak tega melihat ibuku seperti ini, ingin rasanya aku menggantikan posisinya yang terbaring lemah.” Tanpa kusadari air mataku jatuh, sesegera mungkin aku menghapus agar ibu tidak melihat kesedihanku yang juga akan membuatnya sedih.
            Tidak terasa ulangan semester telah berakhir tetapi kebiasaanku untuk merawat ibu dirumah sakit kini telah berbeda. Ayah menyarankan agar ibu dirawat dirumah saja untuk menjalani pengobatan tradisional yang telah dipilihkan oleh salah seorang temannya. Pengobatan tradisional yang sedang dijalani ibu memang memperlihatkan kemajuan walapun tidak begitu signifikan, badannya yang dulu membengkak akibat transfusi darah yang dilakukan pihak rumah sakit perlahan-lahan mulai membaik. Namun, lagi-lagi kebiasaanku dirumah sakit untuk memijit-mijit betis ibu yang sakit tidak bisa hilang. Bagaimana tidak, ibu selalu terbangun dan membangunkanku juga seraya memohonku agar memijitnya agar betis yang ibu rasa hilang sejenak dan ia bisa tertidur pulas tetapi apabila tanganku lepas dari betisnya, ibu kembali terbangun dan akupun kembali harus memijitnya.
            Tiba saat dimana ayah menyerah dengan pengobatan tradisional yang dijalani ibu sebab semakin hari kondisi ibuku semakin melemah. Kanker payudara yang diderita ibu telah menyerang sistem syarafnya. Suara ibu tidak lagi jelas ketika ia berbicara, ia tidak ingat lagi siapa namaku, nama ayahku dan nama-nama orang disekelilingnya. Hal itu membuatku sedih, bukan sedih karena ia tidak mengingat namaku, tetapi sedih menerima kenyataan akan kondisi ibu yang semakin melemah. Setiap aku sholat do’aku hanya satu “Allah sembuhkanlah ibu, tetapi jika engkau lebih menyayanginya ambillah beliau daripada aku harus melihatnya tersiksa, aku ikhlas”.
            Tepat setelah sholat maghrib pada tanggal 28 Juni 2010, aku mengambil al-quran dan membacanya disamping ibu yang terbaring lemah. Ya, aku membaca bacaan yang telah disarankan oleh Pak Ustas, teman pamanku. Entah mengapa, setelah maghrib aku sangat menggantuk dan tidak terasa tertidur disamping ibu sambil memegang tangannya erat-erat. Tiba-tiba tanteku membangukanku untuk membersihkan ibuku yang sedang buang air, biasanya hal ini dilakukan oleh ayahku. Tetapi ayah sedang keluar kota karena ada urusan kantor mendadak, entah mengapa padahal ayah sudah mengambil cuti saat pertama ibu masuk rumah sakit.
            Setelah membersihkan ibu, aku melanjutkan tidurku dikamar. Lagi-lagi tanteku membangunkanku, tetapi kali ini dengan nada yang cukup mengkhawatirkan. “Nak... nak... bangunlah, lihatlah ibumu.” Sesegera mungkin aku bangun dan berlari ketempat ibu. Setelah itu, aku melihat tanteku yang tidak henti menuntu ibuku mengucapkan dua kalimat syahadat, ibuku pun mengikutinya walaupun suaranya kurang jelas tetapi aku bisa melihat dari gerakan bibirnya. Setelah membaca dua kalimat syahadat, ibu pun menutup mata untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin berteriak, aku ingin mengatakan aku belum sanggup menjalani hari-hariku sebagai seorang anak tunggal tanpa ibu disisiku tetapi tanteku langsung memeluk dan berbisik kepadaku, “Ikhlaskanlah ibumu nak, ini adalah jalan Allah.” Air mataku pun tidak henti menetes menatap sosok yang tidak bernyawa lagi dihadapanku, sosok yang sangat aku cintai, sosok yang menjadi penerangku, ya... ibuku kini telah pergi menuju ke kehidupan lebih baik disana SURGA!!! AMIN...!!

MOM, No one can replace you in my heart
I cant face the world alone without you here
You’re the best mother I ever had
I MISS YOU MOM, REALLY REALLY MISS YOU

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 DONDONKdong !. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy | This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates